Dimuat di Padang Ekspres edisi 20 Juni 2015
Sempat Diragukan, Kini Paling Dicari
Rabab pasisie masih tetap eksis di tengah gempuran musik K-pop. Alunan musik dan dendangnya tetap syahdu didengar.
Dari sederet artis yang berkecimpung dalam seni tradisi satu ini,
tersebutlah pasangan suami-istri (pasutri) Amrizal dan Ernita Susanti.
Seperti apa kiprahnya mempertahankan seni tradisi yang kian langka itu?
”DA. Oi Da, ado telepon Da, dari Padang Ekspres Da. Kamarilah Uda
sabanta,” sahut suara dari Erni Kas, panggilan akrab Ernita Susanti
menjawab panggilan telepon Padang Ekspres, kemarin (19/6) sore. Tak lama, Erni pun menyerahkan telepon genggam itu kepada suaminya, Isal Melayu, panggilan Amrizal.
Pasutri ini merupakan artis Minang bergenre rabab pasisie. Duet
Erni-Isal telah lahir 8 album yang dipelopori Eddy Palangki. Erni
merupakan warga Surantiah dan Isal Melayu warga Airhaji.
Lantaran kerap bertemu dalam satu panggung rabab, membuat benih-benih
cinta bersemi di dada kedua insan ini. Kini, keduanya sudah dikarunia
tiga orang anak, masing-masing Eri Muliana, Wahyuni Kasnita Putri dan
Salsa Kasnabela.
Kecintaan Isal terhadap seni satu ini, sudah terlihat sejak berusia
belia. Kendati kedua orangtua dan saudaranya kurang mendukung, tak
membuat Isal patah arang menekuni rabab pasisie. Dia mempelajarinya
secara otodidak.
”Saya mencintai rabab karena sering nonton pertunjukan rabab di
kampung. Tidak pernah belajar sama guru. Setelah pulang dari pertunjukan
rabab, saya langsung mencoba-coba sendiri di rumah,” ujarnya.
Perjalanan karir Isal makin menanjak setelah rekaman perdana bersama
Fendinur tahun 2013 lalu. Awalnya, sang produser sempat ragu dengan
album perdananya. Sehingga, Fendinur sampai menjual master album kepada
Eddy Palangki.
Tanpa keraguan, Eddy Palangki membeli master album itu dan memproduksi sebanyak 500 keping kaset.
“Waktu itu, master saya yang telah direkam diragukan bisa laris.
Namun, Eddy Palangki malah nekat membeli dan memproduksinya sebanyak
5.000 keping. Setelah hasil cetakan pertama ini laris, Eddy pun mencetak
ulang sampai 5 kali. Artinya, album perdana saya yang berjudul Uda
Rambang Mato, itu sudah terjual 25.000 copy,” ujar Isal kelahiran 1 Juli
1978.
Album Uda Rambang Mato berisi tujuh buah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan secara duet Isal dan Erni.
Tiga bulan setelah album perdananya itu laris di pasaran Sumbar, Isal
dan Erni menelurkan album keduanya berjudul Bugih Lamo. Dengan ciri
khas rabab pasisie, Isal menggesek rabab dan Erni menabuh rebana.
Berkat keseriusannya mengembangkan seni rabab pasisie ini, kini Isal
dan Erni telah melanglangbuana Sumbar-Riau. Berbagai undangan pementasan
dipenuhinya, di antaranya Pekanbaru, Dumai, Duri, serta seluruh penjuru
Sumbar.
”Kalau ada panggilan di luar daerah biasanya tarif menyesuaikan,
kadang Rp 7 juta dan kadang Rp 5 juta, tapi untuk lingkup Sumbar Rp 3
juta, tergantung kesepakatan saja dengan yang mengundang,” ujar Isal
Melayu.
Sementara Erni, termasuk artis senior di dunia rabab. Pada tahun
1995, dirinya sudah dikenal dengan lagu Anak Balam yang sarat dengan
nilai adat di Pesisir Selatan.
”Lagu Anak Balam, karya istri saya ini, dulunya sangat dikagumi
masyarakat. Bisa dikatakan belum disebut penyanyi rabab pasisie kalau
belum bisa menyanyikan lagu itu,” katanya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar