Senin, 17 Agustus 2015

Amrizal dan Ernita Susanti, Pasutri Seniman Rabab Pasisie

Dimuat di Padang Ekspres edisi 20 Juni 2015
 
Sempat Diragukan, Kini Paling Dicari
Rabab pasisie masih tetap eksis di tengah gempuran musik K-pop. Alunan musik dan dendangnya tetap syahdu didengar.
Dari sederet artis yang berkecimpung dalam seni tradisi satu ini, tersebutlah pasangan suami-istri (pasutri) Amrizal dan Ernita Susanti. Seperti apa kiprahnya mempertahankan seni tradisi yang kian langka itu? 
”DA. Oi Da, ado telepon Da, dari Padang Ekspres Da. Kamarilah Uda sabanta,” sahut suara dari Erni Kas, panggilan akrab Ernita Susanti menjawab panggilan telepon Padang Ekspres, kemarin (19/6) sore. Tak lama, Erni pun menyerahkan telepon genggam itu kepada suaminya, Isal Melayu, panggilan Amrizal. 
Pasutri ini merupakan artis Minang bergenre rabab pasisie. Duet Erni-Isal telah lahir 8 album yang dipelopori Eddy Palangki. Erni merupakan warga Surantiah dan Isal Melayu warga Airhaji. 
Lantaran kerap bertemu dalam satu panggung rabab, membuat benih-benih cinta  bersemi di dada kedua insan ini. Kini, keduanya sudah dikarunia tiga orang anak, masing-masing Eri Muliana, Wahyuni Kasnita Putri dan Salsa Kasnabela.
Kecintaan Isal terhadap seni satu ini, sudah terlihat sejak berusia belia. Kendati kedua orangtua dan saudaranya kurang mendukung, tak membuat Isal patah arang menekuni rabab pasisie. Dia mempelajarinya secara otodidak. 
”Saya mencintai rabab karena sering nonton pertunjukan rabab di kampung. Tidak pernah belajar sama guru. Setelah pulang dari pertunjukan rabab, saya langsung mencoba-coba sendiri di rumah,” ujarnya.
Perjalanan karir Isal makin menanjak setelah rekaman perdana bersama Fendinur tahun 2013 lalu. Awalnya, sang produser sempat ragu dengan album perdananya. Sehingga, Fendinur sampai menjual  master album kepada Eddy Palangki.
Tanpa keraguan, Eddy Palangki membeli master album itu dan memproduksi sebanyak 500 keping kaset.
“Waktu itu, master saya yang telah direkam diragukan bisa laris. Namun, Eddy Palangki malah nekat membeli dan memproduksinya sebanyak 5.000 keping. Setelah hasil cetakan pertama ini laris, Eddy pun mencetak ulang sampai 5 kali. Artinya, album perdana saya yang berjudul Uda Rambang Mato, itu sudah terjual 25.000 copy,” ujar Isal kelahiran 1 Juli 1978.
Album Uda Rambang Mato berisi tujuh buah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan secara duet Isal dan Erni.
Tiga bulan setelah album perdananya itu laris di pasaran Sumbar, Isal dan Erni menelurkan album keduanya berjudul Bugih Lamo. Dengan ciri khas rabab pasisie, Isal menggesek rabab dan Erni menabuh rebana.
Berkat keseriusannya mengembangkan seni rabab pasisie ini, kini Isal dan Erni telah melanglangbuana Sumbar-Riau. Berbagai undangan pementasan dipenuhinya, di antaranya Pekanbaru, Dumai, Duri, serta seluruh penjuru Sumbar.
”Kalau ada panggilan di luar daerah biasanya tarif menyesuaikan, kadang Rp 7 juta dan kadang Rp 5 juta, tapi untuk lingkup Sumbar Rp 3 juta, tergantung kesepakatan saja dengan yang mengundang,” ujar Isal Melayu.
Sementara Erni, termasuk artis senior di dunia rabab. Pada tahun 1995, dirinya sudah dikenal dengan lagu Anak Balam yang sarat dengan nilai adat di Pesisir Selatan.
”Lagu Anak Balam, karya istri saya ini, dulunya sangat dikagumi masyarakat. Bisa dikatakan belum disebut penyanyi rabab pasisie kalau belum bisa menyanyikan lagu itu,” katanya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar