Senin, 17 Agustus 2015

Edi Satria a.k.a Mak Itam, Artis Minang Multitalent

Dimuat di Padang Ekspres edisi 13 Juni 2015

Berawal dari Randai, Artis, Dosen hingga Produser
Nama Edi Satria atau akrab dipanggil Mak Itam, tak asing lagi bagi pecinta musik Minang. Sepak terjangnya di industri musik Minang, tak bisa dipandang sebelah mata. Bagaimana perjalanan karirnya?  
Den baok bajalan ka ateh ka baruah
Indak lah tantu hati ko nan sadang rusuah
Mancari panompang oto ndak namuah panuah
Urang diimbau gayanyo acuah tak acuah

Begitulah penggalan lirik lagu Mak Itam dalam salah satu lagunya berjudul ”Oto Pinjam”. Berbagai kesibukan dan jadwal manggung, kini menghiasi hari-hari Mak Itam. Statusnya sebagai dosen tidak menghalangi rutinitasnya sebagai entertainer bergenre Minang.
Mak Itam sering disandingkan dengan Jhon Cakra, Mak Lepo, Mak Pono, Si Cabiak atau pun Etek Kadai. Mereka tampil menghibur dengan aksi kocak dan candaan khas, berisi pesan moral mengenai fenomena aktual di tengah masyarakat.
Kepada Padang Ekspres kemarin (12/6), pria kelahiran Paninggahan, Kabupaten Solok pada 7 Mei 1975 silam itu, menceritakan perjalanan hidupnya menapaki kesuksesan sebagai artis Minang. Kedua orangtuanya, Bainun (ayah) dan Nuribah (ibu), meninggal dunia ketika dirinya tamat SMP.
Hidup yatim piatu, membuat bungsu dari enam bersaudara itu harus belajar hidup mandiri. Jiwanya semakin tertantang setelah mendengar cemooh tetangga yang meremehkannya.
“Tetangga di kampung pernah mengatakan kepada saya, seluruh keluarga saya sampai ke bako (keluarga dari pihak ayah, red) tidak akan menjadi orang sukses. Ucapan inilah yang ingin saya buktikan. Dengan kerja keras dan tawakal, saya bertekad bisa sarjana,” kenang Mak Itam.
Sejak duduk di bangku kelas 1 SMP, Mak Itam aktif dalam kesenian randai di kampung. Bukik Gunung Siri, demikian nama sanggar seni yang mendidiknya.
Singkatnya, tahun 2004, Mak Itam dipertemukan dengan Edi Cotok, Sukaesih dan Mak Lepoh. Mereka berkolaborasi menelurkan album Kucindan Minang di bawah payung Minang Record. Setahun berselang, lahirlah album kedua bertajuk Lagu Lawak R&B.
Ketika menempuh pendidikan sarjana di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Mak Itam dipertemukan dengan Jhon Cakra dan Mak Lepo. Tahun 2007, mereka melahirkan album berjudul Langkok-langkok. Dari sinilah nama Mak Itam meroket.
Album yang dirilis tahun 2007 itu, mengusung Pangaja Jando dan Centang Parenang, sebagai lagu andalan. “Sejak itulah Mak Itam dikenal dari Sabang sampai Merauke dengan penjualan CD sampai 50 ribu copy,” kenang Mak Itam.
Kesabaran Mak Itam membuahkan hasil. Ucapan tetangga yang dulu memandangnya sebelah mata, lambat laun berubah. Tahun 2009, Mak Itam diangkat menjadi PNS sebagai Pranata Labor Pendidikan di ISI Padang Panjang.
“Edi Satria paham di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Ketika berprofesi sebagai PNS, pakai baju dinas dan melaksanakan kewajiban. Di luar jam dinas, Edi Satria menjadi Mak Itam dan tampil menghibur masyarakat,” ujar suami Desrita itu.
Dengan gelar magister (S-2) yang disandangnya, Mak Itam juga sudah menciptakan berbagai film singkat bertemakan budaya Minang.
Malin Datang, Situ Nurbara, Datuak Paragiah merupakan karya pelesetan Mak Itam dari cerita rakyat Malin Kundang, Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih yang telah diputar di berbagai daerah di Sumbar.
”Dengan memasukkan unsur khas Minang, kita masih bisa bersaing dengan sinetron dan film nasional. Kalau dulu di Sumbar pernah lahir film Sengsara Membawa Nikmat dan Datuk Maringgih, berarti kita juga bisa menciptakan hal setara,” kata Mak Itam yang sehari-hari menetap di Pasar Usang, Padangpanjang itu.
Tahun 2011 bisa jadi puncak karir ayah dari Luxiana Kharisma yang sedang duduk di bangku kelas 3 SD itu. Berbekal sejuta pengalaman dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, Mak Itam membentuk dapur rekaman sendiri bernama Win Record.
Sebagai seorang produser label Win Record, Mak Itam sudah memproduksi delapan album. Terakhir, bersama Jhon Cakra, Upiak Segeh, dan Cabiak bergabung Win Record mengeluarkan album bertajuk Bagadencak  pada April 2015 lalu.
Kini, lagu-lagu berjudul Buruak Sisiak, Kadai Kopi, Coment Saya, Karajo Sampiangan sudah bisa didapatkan di toko VCD atau di-download melalui Youtube.
Mak Itam juga tengah meneruka karir di dunia bisnis. Maret 2015, dia mendirikan Talago Intan Art sebagai penyedia jasa perlengkapan pernikahan dan panggung hiburan.
“Segala paket kesenian, tenda pelaminan, MC dan alat musik ada di sini. Jikok ka Sawah Jan Lupo Batanam Padi, Kalau Ado Acara Jan Lupo Undanglah Kami,” pungkasnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar