Jungkir Balik hingga Benturkan Kepala
Dimuat di Padang Ekspres edisi 1 May 2015
Berawal dari rasa keprihatinan minimnya wadah penghafal Al Quran di
Kota Padang, Iwan Ahmad tergelitik mendirikan Yayasan Daurah Menghafal
Al Quran. Warga Cengkeh, Lubukbegalung, Kota Padang ini ingin membumikan
para penghafal Al Quran.
Dia juga bertekad mengubah paradigma bahwa menjadi penghafal Quran
tak sulit. Hanya butuh waktu 40 hari, maka 30 juz hafalan Quran bukan
hal yang mustahil bisa dihafal.
Iwan Ahmad bercerita, awal mendirikan yayasan tersebut tanpa modal
dan hanya kebulatan tekad semata. Ia bersyukur banyak kemudahan yang dia
dapatkan untuk mendirikan yayasan.
Keinginannya membuka yayasan menghafal Al Quran berawal dari rasa
keprihatinan terhadap banyaknya bibit- bibit penghafal Al Quran, namun
belum wadah untuk menampungnya.
Alumni Daurah Menghafal Al Quran ini terinspirasi dari kesuksesan 20
hafiz dan hafizah Daurah Makassar yang mengikuti program hafal Al
Quran. Dari jumlah itu, 12 orang berhasil menghafal Al Quran 30 juz,
selebihnya ada yang 25 juz dan ada yang 20 juz terkendala karena sakit.
“Bulan Ramadhan merupakan momen yang pas untuk menghapal Al Quran.
Berlomba lomba beramal dan membaca Al Quran bertepatan dengan bulan
diturunkannya Al Quran. Setelah melihat hasil yang didapat oleh
teman-teman saya di Makassar, saya berkeinginan mempraktikkannya di
Padang, kampung halaman saya sendiri,” tutur Iwan.
Menjadi penghafal Al Quran banyak keuntungannya. Selain dapat
memberikan mahkota terindah buat orangtua dari emas saat di alam barzah,
penghafal Al Quran juga akan dipanggil Rasulullah untuk masuk ke surga
Firdaus.
“Itulah yang memotivasi saya untuk dapat memperbanyak para penghafal Al Quran,” ucapnya.
Iwan bercerita, saat dia menghafalkan Al Quran 30 juz dalam 40 hari,
pernah menderita demam dan suaranya pun sempat tak ke luar. Namun, rasa
sakit yang dialami tak menyurutkan semangatnya untuk terus menghafalkan
Al Quran. Hari ke -18, Iwan sudah dapat menghafal 30 juz Al Quran.
“Saya hanya tinggal mengulang-ulang kembali hafalan saya. Dibanding
dengan menghafal atau menambah hafalan baru, memang menghafal yang
paling sulit,” ucapnya.
Bapak dua anak ini bercerita, selama menghafal Al Quran dia pernah
mengalami kejenuhan. Untuk menghilangkan kejenuhannya, dia punya cara
unik yakni membentur-benturkan kepala ke dinding dan jungkir balik di
atas kasur.
“Membentur-benturkan kepala ke dinding tentu bukan berarti untuk
menyakitkan diri, tapi hanya menghilangkan kesuntukan semata,” ucapnya.
Selama dia menekuni bidang hafalan Al Quran, selalu mendapatkan
kemudahan dalam berbagai urusan. Termasuk saat mengurus perizinan untuk
mendirikan yayasan.
“Saat saya mengurus izin yayasan tak ada kendala, baik itu di notaris
maupun mendapatkan SK pendirian dari Kemenkumham. Mugkin karena niat
saya baik, Allah selalu berikan kemudahan. Saya banyak dibantu
orang-orang yang peduli dengan bacaan Al Quran,” ucapnya.
Untuk terus mengingat bacaan Al Quran, dia kerap mempraktikkannya
dalam kegiatan shalat sunat dan shalat wajib. “Untuk memperlancar bacaan
shalat tersebut, saya terus mengingat hafalannya pada saat shalat wajib
dan tahajud,” ucapnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar