http://www.koran.padek.co/read/detail/27091
Bentuk Kepribadian, Ajak Anak Tadarus
Rumah yang tidak dibacakan Al Quran bagaikan kuburan. Saat kebanyakan keluarga lebih mementingkan pendidikan formal, tidak demikian dengan keluarga satu ini. Bagi pasangan Elyanti Fajri dan Budiman, pendidikan berbasis Al Quran menjadi jalur utama membentuk kepribadian anak. Bagaimana ceritanya?
Menikah di usia muda tidak selalu menjadi faktor kegagalan dalam berumah tangga. Buktinya, pasangan Elyanti Fajri dan Budiman menikah saat keduanya masih berusia 24 tahun dan belum memiliki penghasilan tetap.
Kala itu, Budiman masih menyelesaikan skripsi sarjana (S-1) di IAIN Imam Bonjol Padang, sedangkan istrinya Elyanti Fajri menjalani praktik koas di Fakultas Kedokteran Unand.
Dalam 21 tahun pernikahan, pasangan ini telah dikaruniai 7 orang anak, yakni Muhammad Sahuddin Al Fatih (Fatih), M Ansharudin Al Furqony (Furqon), M Ramadhan Al Fikri (Fikri), M Syahid Al Falah (Falah), M Fadhli Al Multazim (Fadhli), Nida Ul Faizah (Faizah) dan M Arsyad Al Fahmi( Fahmi).
Anak-anak itu menjadi penyejuk kehidupan rumah tangga mereka. Elyanti Fajri yang akrab disapa dokter El, berdomisili di Kompleks Perumahan Puri Lestari H2 RT02/RW06 Kelurahan Paraklaweh Nan XX, Kecamatan Lubukbegalung, Padang.
Sebagai dokter sekaligus istri dari seorang anggota legislatif, membesarkan dan mendidik tujuh buah hati tentu menuntut perhatian dan konsentrasi luar biasa.
Selain tujuh anak kandung, keluarga ini juga mengangkat Amirul Ma’ruf sebagai anak mereka. Amirul merupakan rekan sebaya Fatih di pesantren yang hidup dalam keadaan yatim piatu.
Ketika masih balita, dia telah ditinggal wafat sang ibu. Masuk sekolah tingkat tsanawiyah, ayahnya juga menghembuskan nafas terakhir. Kini Amirul yang hafal Al Quran berkisar 20 juz menjadi anggota kesepuluh keluarga Elyanti dan Budiman.
Prioritaskan Al Quran
Dijumpai Padang Ekspres di ruangan praktiknya, Selasa (5/5) lalu, Elyanti membeberkan rahasianya menciptakan keluarga penghafal Al Quran.
“Salah satu tipsnya, orangtua, baik itu sang ayah maupun si ibu harus kompak memprioritaskan Al Quran dalam pendidikan anak-anak. Apabila berkumpul, biasakan tadarus bareng. Jadikan Al Quran sebagai pengantar tidur si anak,” ujarnya.
Elyanti mengatakan pentingnya menghiasi rumah dengan bacaan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari.
“Al Quran adalah cahaya. Rumah yang tidak dibacakan Al Quran bagaikan kuburan. Sehingga apabila rumah sudah menjadi Baity Jannaty, maka tugas orangtua akan menjadi lebih ringan. Membentuk kepribadian anak akan lebih mudah,” ujarnya.
Dalam setiap kesempatan, tambahnya, orangtua dianjurkan senantiasa memotivasi anak dalam menghafal Al Quran.
Apabila sang ayah yang bertugas di Komisi I DPRD Padang menjalani kunjungan kerja keluar daerah dan ditemani dokter El, mereka tidak lupa mengingatkan anak untuk tetap mengulangi hafalan Quran.
“Kalau berada jauh dari anak, komunikasi seluler bisa menjadi penghubung. Tanyakan hafalan dan minta si anak menyetorkan hafalan mereka melalui HP. Yang penting jangan sampai lupa memberi contoh yang baik,” katanya.
Apabila sang anak mulai malas dan jenuh, sang dokter kembali memberikan siraman rohani kepada mereka.
"Kalau mereka malas, saya menyemangati mereka dengan mengatakan kita akan menuju akhirat. Al Quran adalah sahabat paling setia menemani dan menjadi pembela kita kelak di hadapan Allah SWT,” tutur El. Dokter El juga memberikan variasi tegas dan lunak dalam mendidik anak.
“Silahkan jadi apa saja. Kalau jadi presiden jadilah presiden yang hafal Quran, kalau jadi menteri jadilah menteri yang hafal Quran. Kalau disuruh shalat atau mengaji, namun masih menonton TV, secara tegas TV akan dimatikan langsung,” ujarnya.
Anak yang memiliki hafalan Al Quran menurut Elyanti juga menjadi contoh bagi teman bergaul anak.
“Anak yang bertengkar satu sama lain sudah menjadi lumrah di usia mereka. Namun dengan modal Al Quran, emosi mereka akan cepat reda. Godaan lingkungan tentu juga tidak dapat dinafikan, tapi anak yang hafal Al Quran akan lebih menjaga diri dan menjadi panutan teman sebaya lainnya,” tuturnya.
Pada bulan Ramadhan, bila anak mereka mencapai target diberikan reward kusus. Di ajak jalan-jalan atau sekurang-kurangnya diizinkan waktu lebih untuk istirahat main game dan nonton tv. Pada hari libur, setiap anggota keluarga wajib menjalani program 30 menit membaca Al Quran.
“Bahkan ketika homestay di Sawahlunto, di penginapan kami tetap berlomba membaca Al Quran,” katanya. Menurut El, anak pertama harus dijadikan figur bagi adik-adiknya. Ketika salah mendidik anak pertama, maka akan susah untuk membentuk karakter anak setelahnya.
“Pernah suatu ketika Fadhli (anak kelima) ditanyai guru yang melakukan seleksi masuk Ar-Risalah tentang motivasi memilih pesantren. Dengan lugas Fadhli menjawab, Fadhli ingin seperti bang Fatih yang hafal Al Quran,” terang dokter El menirukan ucapan anaknya. (*)
Rumah yang tidak dibacakan Al Quran bagaikan kuburan. Saat kebanyakan keluarga lebih mementingkan pendidikan formal, tidak demikian dengan keluarga satu ini. Bagi pasangan Elyanti Fajri dan Budiman, pendidikan berbasis Al Quran menjadi jalur utama membentuk kepribadian anak. Bagaimana ceritanya?
Menikah di usia muda tidak selalu menjadi faktor kegagalan dalam berumah tangga. Buktinya, pasangan Elyanti Fajri dan Budiman menikah saat keduanya masih berusia 24 tahun dan belum memiliki penghasilan tetap.
Kala itu, Budiman masih menyelesaikan skripsi sarjana (S-1) di IAIN Imam Bonjol Padang, sedangkan istrinya Elyanti Fajri menjalani praktik koas di Fakultas Kedokteran Unand.
Dalam 21 tahun pernikahan, pasangan ini telah dikaruniai 7 orang anak, yakni Muhammad Sahuddin Al Fatih (Fatih), M Ansharudin Al Furqony (Furqon), M Ramadhan Al Fikri (Fikri), M Syahid Al Falah (Falah), M Fadhli Al Multazim (Fadhli), Nida Ul Faizah (Faizah) dan M Arsyad Al Fahmi( Fahmi).
Anak-anak itu menjadi penyejuk kehidupan rumah tangga mereka. Elyanti Fajri yang akrab disapa dokter El, berdomisili di Kompleks Perumahan Puri Lestari H2 RT02/RW06 Kelurahan Paraklaweh Nan XX, Kecamatan Lubukbegalung, Padang.
Sebagai dokter sekaligus istri dari seorang anggota legislatif, membesarkan dan mendidik tujuh buah hati tentu menuntut perhatian dan konsentrasi luar biasa.
Selain tujuh anak kandung, keluarga ini juga mengangkat Amirul Ma’ruf sebagai anak mereka. Amirul merupakan rekan sebaya Fatih di pesantren yang hidup dalam keadaan yatim piatu.
Ketika masih balita, dia telah ditinggal wafat sang ibu. Masuk sekolah tingkat tsanawiyah, ayahnya juga menghembuskan nafas terakhir. Kini Amirul yang hafal Al Quran berkisar 20 juz menjadi anggota kesepuluh keluarga Elyanti dan Budiman.
Prioritaskan Al Quran
Dijumpai Padang Ekspres di ruangan praktiknya, Selasa (5/5) lalu, Elyanti membeberkan rahasianya menciptakan keluarga penghafal Al Quran.
“Salah satu tipsnya, orangtua, baik itu sang ayah maupun si ibu harus kompak memprioritaskan Al Quran dalam pendidikan anak-anak. Apabila berkumpul, biasakan tadarus bareng. Jadikan Al Quran sebagai pengantar tidur si anak,” ujarnya.
Elyanti mengatakan pentingnya menghiasi rumah dengan bacaan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari.
“Al Quran adalah cahaya. Rumah yang tidak dibacakan Al Quran bagaikan kuburan. Sehingga apabila rumah sudah menjadi Baity Jannaty, maka tugas orangtua akan menjadi lebih ringan. Membentuk kepribadian anak akan lebih mudah,” ujarnya.
Dalam setiap kesempatan, tambahnya, orangtua dianjurkan senantiasa memotivasi anak dalam menghafal Al Quran.
Apabila sang ayah yang bertugas di Komisi I DPRD Padang menjalani kunjungan kerja keluar daerah dan ditemani dokter El, mereka tidak lupa mengingatkan anak untuk tetap mengulangi hafalan Quran.
“Kalau berada jauh dari anak, komunikasi seluler bisa menjadi penghubung. Tanyakan hafalan dan minta si anak menyetorkan hafalan mereka melalui HP. Yang penting jangan sampai lupa memberi contoh yang baik,” katanya.
Apabila sang anak mulai malas dan jenuh, sang dokter kembali memberikan siraman rohani kepada mereka.
"Kalau mereka malas, saya menyemangati mereka dengan mengatakan kita akan menuju akhirat. Al Quran adalah sahabat paling setia menemani dan menjadi pembela kita kelak di hadapan Allah SWT,” tutur El. Dokter El juga memberikan variasi tegas dan lunak dalam mendidik anak.
“Silahkan jadi apa saja. Kalau jadi presiden jadilah presiden yang hafal Quran, kalau jadi menteri jadilah menteri yang hafal Quran. Kalau disuruh shalat atau mengaji, namun masih menonton TV, secara tegas TV akan dimatikan langsung,” ujarnya.
Anak yang memiliki hafalan Al Quran menurut Elyanti juga menjadi contoh bagi teman bergaul anak.
“Anak yang bertengkar satu sama lain sudah menjadi lumrah di usia mereka. Namun dengan modal Al Quran, emosi mereka akan cepat reda. Godaan lingkungan tentu juga tidak dapat dinafikan, tapi anak yang hafal Al Quran akan lebih menjaga diri dan menjadi panutan teman sebaya lainnya,” tuturnya.
Pada bulan Ramadhan, bila anak mereka mencapai target diberikan reward kusus. Di ajak jalan-jalan atau sekurang-kurangnya diizinkan waktu lebih untuk istirahat main game dan nonton tv. Pada hari libur, setiap anggota keluarga wajib menjalani program 30 menit membaca Al Quran.
“Bahkan ketika homestay di Sawahlunto, di penginapan kami tetap berlomba membaca Al Quran,” katanya. Menurut El, anak pertama harus dijadikan figur bagi adik-adiknya. Ketika salah mendidik anak pertama, maka akan susah untuk membentuk karakter anak setelahnya.
“Pernah suatu ketika Fadhli (anak kelima) ditanyai guru yang melakukan seleksi masuk Ar-Risalah tentang motivasi memilih pesantren. Dengan lugas Fadhli menjawab, Fadhli ingin seperti bang Fatih yang hafal Al Quran,” terang dokter El menirukan ucapan anaknya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar