Dimuat di Padang Ekspres edisi 21 April 2015
Bantu Orangtua ke Ladang, Isi Tausiyah di TV
Tiga sekawan mahasiswa Yaman asal Padang; Asyam Hafiz, Ilham Taufiq
dan Muhammad Alwi, termasuk beruntung bisa dievakuasi dari negara
konflik Yaman. Apa kegiatan ketiga mahasiswa ini setiba di kampung
halaman?
Begitu tiba di rumah, Alwi kaget menyaksikan tumpah ruah tetangga
menyambutnya. Alwi dipeluk haru. “Ndak lamak lalok, makan payah, dek
takana nasib anak di kampuang urang,” sambut tetangganya di Kelurahan
Gunungsarik, Kecamatan Kuranji, Padang.
Kini, tiga hari sudah Muhammad Alwi berada di sekeliling keluarganya.
Anak kesayangan Asnimar dan Oyon Jambak itu, tampak galau menyaksikan
kondisi Yaman yang makin memburuk.
Kerisauan Alwi makin bertambah, karena harus memikirkan kuliahnya.
“Mungkin Alwi ikut tes ke Al Azhar saja. Itu pun kalau ada dana,” ucap
Alwi kepada Padang Ekspres di rumahnya, kemarin.
Kini, keseharian Alwi membantu orangtua di ladang. “Bantu ibu panen
kacang panjang selama dua jam di pagi hari, hasilnya bisa langsung
dijual. Lumayan daripada tidak berbuat apa-apa,” ujar Alwi.
Oyon Jambak, sang ayah, tak henti berucap syukur mengenai kepulangan
anaknya. “Kini perasaan awak lah lega, berkat pertolongan berbagai pihak
termasuk pemerintah, anak saya sudah selamat kembali pulang,” katanya.
“Kalau mendapat bantuan dari pemerintah, saya akan kuliahkan lagi
Alwi ke Mesir. Tapi kalau ndak, dikuliahkan saja di Padang. Saya pasrah
kepada Yang Maha Esa. Anak saya ke sana bukan untuk berbesar hati, tapi
mencari Ilmu yang berguna bagi bangsa dan agama,” tuturnya.
Lain Alwi, lain pula Ilham Taufiq, yang tinggal di RT 04/RW 05
Kelurahan Parakkarakah, Kecamatan Padang Timur. Ilham berencana mencari
guru besar dan belajar secara langsung menimba ilmu dari beliau.
“Saya dengar ada ulama yang mantap ilmunya di Gunungpangilun, Padang.
Tapi kalau kurang cukup, mungkin akan dicari ke Aceh,” katanya.
Selama di Yaman, Ilham “ngidam berat” dengan sambalado khas Padang.
“Saya sering teringat sambalado, terutama buatan mama. Tiap hari
dentuman bom begitu dahsyat, tidak bisa dibayangkan bagaimana kecemasan
mama memikirkan saya,” ucapnya.
Di balik itu semua, Ilham terus berpikir positif. “Hikmahnya, mungkin
saya dituntut untuk belajar dulu di sini supaya lebih mantap,” ujarnya.
Meski berkuliah di Yaman, tidak membuat Ilham lupa kacang dengan
kulit. Senin (20/4), Ilham berkunjung ke sekolahnya. Ilham merindukan
majelis guru yang sudah mengajarnya beragam pengetahuan di MAN 2
Gunungpangilun, Padang.
“Saya ke sekolah sekadar bersalaman dengan guru, bercerita tentang
tragedi Yaman dan tanya jawab mengenai rencana ke depan. Saya teringat
jasa-jasa guru saya dulu sebelum saya berangkat ke Yaman,” katanya.
Sebelum kepulangannya ke tanah air, Ilham mendapat pesan dari guru
yang mengajar di asrama Yaman, agar menyebarkan ilmu yang diperoleh ke
tengah masyarakat. “Walaupun tidak seberapa ilmu yang diperoleh, jangan
malu untuk berdakwah. Itu pesan guru saya di sana,” jelasnya.
Meski bulan puasa masih sekitar 3 bulan lagi, Ilham sudah mendapat
jadwal mengisi ceramah Ramadhan. Salah satunya di Masjid Baitul Hadi,
Kompleks Aurduri Indah.
“Awal pembukaan Ramadhan sudah ada jadwal, yang lain juga ada, tapi
lihat nanti saja bagaimana kejelasannya,” tutur Ilham. Ilham berharap
janji Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengenai pemberian beasiswa untuk
melanjutkan kuliah bisa terealisasi.
“Mudah-mudahan janji pak Gubernur untuk membiayai kuliah selanjutnya, benar-benar terwujud,” harapnya.
Asyam Kebanjiran Rutinitas Dakwah
Setali tiga uang dengan Asyam Hafiz. Pemuda Lubukbuaya, Padang, ini
mengaku sudah kebanjiran aktivitas dakwah. Bahkan, sang ayah yang juga
mantan wakil ketua DPRD Sumbar Trinda Farhan Satria, berjanji
merekomendasikan jadwal ceramah di masjid sekitar dan di luar Kota
Padang.
Tidak hanya itu, mahasiswa yang biasa disapa Hafiz itu, ditawari
menjadi pengisi acara tausiyah di salah satu stasiun televisi di Padang.
“Bulan Ramadhan nanti saya sangat ingin berdakwah di Pasaman Timur,
kebetulan ada ajakan dari salah seorang teman. Tapi, untuk mengisi waktu
luang sebelum memasuki bulan Ramadhan, rencananya belajar di Mahad
Zubair Bin Awan dulu, sambilan juga mengisi acara tausiyah di TV,”
katanya.
“Kalau tidak ada kesibukan, rencananya main futsal bersama alumni
MAPK Kotobaru. Yang penting, jangan sampai diam-diam di rumah, bisa
kepikiran menikah,” canda Hafiz.
Kecewa sempat menyelimuti perasaan Hafiz dkk. Dentuman bom terasa begitu keras sesaat sebelum pulang berangkat ke pelabuhan.
“Saking kerasnya, sebagian kaca asrama pun pecah, kami kembali
berlari ke dalam asrama. Akhirnya, juru masak asrama berseru “qum qum”
(berdiri, red) cepat bersiap bus sudah sampai menjemput kalian,” ucap
Hafiz berapi-api menceritakan kisahnya.
Hafiz juga mengisahkan bagaimana kawan-kawannya yang berfoto dimarahi
nakhoda. “Al Yaum Laisa Al Waktu Li Taswir (sekarang bukan waktunya
untuk foto-foto, red),” ucap Hafiz dengan logat bahasa Arabnya.
Hafiz sendiri tidak berminat kuliah ke Mesir. “Di Mesir karena tidak
terlalu dikekang, tidak ada absen. Sedangkan di Yaman 3 x libur tidak
bisa ujian akhir,” jelas Hafiz. Pesan dari guru besar yang paling di
ingatnya, yaitu ucapan Syaikh Ridwan Ad Dassany.
“Kalian mestilah berbahagia atas peristiwa ini, karena kalian
menyaksikan peristiwa ini dengan mata kalian. Tidak semua manusia bisa
mendapati nikmat yang luar biasa ini, dan kisah ini bisa menjadi cerita
indah, serta berbahagia bagi anak cucu dan keluarga kalian kelak. Jangan
lupa bahwasanya Rasulullah bersabda dalam hadisnya, ‘siapa yang
menempuh jalan ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan menuju syurga’
kalian adalah para mujahid di jalan Allah,” kenang Hafiz dalam bahasa
Arab. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar