Dimuat di padang Ekspres edisi 12 Juli 2015
Persiapkan Mahkota Emas Buat Orangtua
Putra kebanggaan Suhardi Amir dan Nur Asma yang dilahirkan 26
November 1998 itu terus hanyut dengan hafalan Quran-nya. Dijumpai Padang
Ekspres di mushola Surau Jambak, jalan Gajah Mada, Gunungpangilun
Padang, Auva tampak berkomat kamit sendiri.
Usai shalat Zuhur kala itu, Kamis (2/7), sekitar pukul 12.30. Auva
Nur hadi yang akrab disapa Auva terlihat menggeser posisi duduknya ke
dinding mushola. Lalu mengambil Al Quran, lantas membacanya. Menariknya,
Auva hanya sesekali memandangi Alquran itu. Selebihnya, dia membaca
tanpa melihat teks.
Auva pernah menjadi juara I pada MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran)
tingkat Kota Padang tahun 2014 lalu, saat itu Auva tampil sebagai muazin
dalam cabang lomba khutbah Jumat. Setahun sebelumnya, pada ajang
perlombaan yang sama di Pasaman Barat, Auva mampu finis di posisi ke
dua.
Anak pertama dari empat bersaudara ini sempat mengenyam pendidikan
kelas satu di MTsN Padangpanjang, Aufa kemudian pindah sekolah ke MTsN
Koto Baru Darmashraya. Di sanalah dia mulai menghafal Al Quran. Auva
tinggal di salah satu pondok tahfiz di kabupaten termuda di Sumbar itu.
Kini Auva sedang mempersiapkan hafalan Quran 10 Juz untuk mengikuti
MTQ Nasional tingkat Sumbar di Kota Sawahlunto, yang dihelat November
mendatang. Sepanjang Ramadhan 2015 ini, tidak banyak waktu yang
dihabiskan untuk bermain, berbeda dengan siswa SLTA lainnya.
Usai subuh hingga jam 8 pagi dirinya harus menghafal Al Quran di
Pondok pesantren Darul Huffazh, tempatnya menginap. Dari Jam 08.00 Auva
mengikuti pesantren Ramadhan. Kemudian jam 11.00 sampai sholat Zuhur
Auva menghafal Al Quran lagi. Jam istirahatnya hanyalah sehabis Zuhur sampai Ashar.
Kendati demikian, waktu tersebut juga dipakainya untuk
mengulangi hafalannya. ”Kadang kalau jenuh main bola bersama teman, itu
khusus untuk sore hari Jumat saja, hari lainnya tidak ada izin. Ustadz
mewajibkan menghafal Quran usai shalat Ashar sampai 17.30,” jelasnya.
Bercerita tentang hafalan Quran yang dimilikinya, Auva tampak
malu-malu. ”Saat ini baru sampai surat al-A’raf, 3 lembar lagi baru
masuk juz ke sembilan,” katanya sambil menunjukkan Al Quran yang tadi
dibacanya.
Auva menuturkan, menghafal Al Quran bukan berarti mudah. Seringkali dia menemukan godaan dan rintangan.
”Lidah sering patah-patah kalau bertemu dengan kosakata baru. Hal
inilah yang sangat menyita pikiran dan waktu. Disamping itu, membagi
waktu untuk mengulanginya juga sangat susah,” tutur siswa ber behel itu.
Ditanya mengenai motivasinya menghafal Al Quran, Auva tertegun sejenak dan tampak memikirkan kosa katanya.
”Saya termotivasi oleh teman-teman di sini. Bahkan ada yang bisa
menghafal satu juz dalam dua hari. Kabarnya dia menghafal saat tengah
malam, saya coba tapi malah ketiduran memegang Al Quran,” tutur Auva.
Motifasi lainnya, lanjut Auva, dia ingin memberikan mahkota dari emas
kepada ke dua orang tua di syurga kelak. ”Kan ada hadits tentang
keutamaan menjadi penghafal Al Quran. Nabi Muhammad SAW menjanjikan
mahkota dari emas di surga bagi orangtua para penghafal Quran,”
terangnya.
Selain itu, Auva mengaku belum pernah naik pesawat terbang. Hal ini
juga menjadi pemicu semangat yang tertanam kuat di dalam dirinya.
”Saya ingin setelah tamat SMA nanti bisa kuliah di Madinah, Arab
Saudi. Selama ini saya belum pernah naik pesawat. Kata ayah, kalau ingin
naik pesawat perbanyak hafalan, nanti dengan sendirinya akan sering
keluar daerah mewakili Sumbar lomba hafalan Quran,” ucap Auva malu-malu
mengenang kalimat ayahnya.
Sebagai sesama remaja dan sesama siswa SLTA, Auva tentunya sering
digoda temannya untuk ngumpul bareng, namun Auva lebih prioritaskan
menghafal Quran.
”Kadang kawan sering mengajak jalan keluar untuk ngumpul bareng,
susah untuk menolaknya. Sesekali kalau jam pelajaran kosong atau pulang
lebih cepat, baru saya mau. Itupun hanya untuk main futsal atau main PS
sekitar satu jam saja. Lebih dari itu, saya tetap utamakan hafalan,”
katanya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar