Teringat dan Terkenang

Untuk menyingkap sisi lain batu nisanku kelak dimana hanya ada nama, kelahiran dan kematian, maka aku menulis!

Selasa, 18 Agustus 2015

Junaidi, Guru SMP Berprestasi Tingkat Nasional

Dimuat di Padang Ekspres edisi 27 July 2015

Rajin Menulis Artikel di Media Massa
Saat sebagian guru terjebak dalam rutinitas mengajar, pulang dan mengajar lagi, Junaidi punya kegiatan lain yang mengasyikkan. Pria ini memilih menyumbangkan pikirannya dalam bentuk penulisan artikel pendidikan ke di media massa.
Atas dedikasi tersebut, Junaidi didapuk penghargaan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan pada Mei lalu. Junaidi salah satu perintis Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terletak di kawasan pinggiran Kota Padang.
Pria kelahiran 14 Juni 1977 ini dapat mengubah imej SMP 35 Padang yang diwakilinya. Meski berasal dari daerah pinggiran, tak berarti siswa dan gurunya minim prestasi. Junaidi mampu membuat SMP 35 Padang dapat bersanding dengan berbagai sekolah favorit lainnya di Kota Padang.
Pria kelahiran Balairupi, 14 Juni 1977 ini mengabdikan hidupnya untuk menjadi tenaga pengajar di SMP Negeri 35 Padang sejak tahun 2002 sampai sekarang. Dia pernah mengajar di SMP Negeri 18 Padang dan SMP Pesantren Modern Terpadu Prof Dr Hamka (2001-2003).
Junaidi menceritakan perjalanan hidupnya hingga didaulat menjadi salah satu finalis guru SMP berprestasi tingkat nasional tahun 2014.
“Beberapa hari sebelum peringatan HUT kemerdekaan RI, selain mengikuti lomba, semua guru berprestasi se-Indonesia juga diundang menghadiri upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI di Istana Negara. Mereka juga diundang menghadiri pidato kenegaraan Presiden di DPR,” jelas suami Yuliawati ini.
Banyak pengalaman yang  didapatnya dalam kegiatan tersebut. Selain diundang bersilaturahim dengan presiden dan ibu negara, mereka juga mendapatkan bermacam reward dalam bentuk uang dan barang yang akan dibawa pulang.
Junaidi menyelesaikan pendidikan master di IAIN Imam Bonjol Padang dengan konsentrasi Pendidikan Islam tahun 2005. Ia kembali menempuh jalur serupa untuk master keduanya di UNP Konsentrasi Quality Assurance & School Leadership 2007 dan menuntaskan gelar MPd tahun 2011.
Di tahun 2008 dia memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan di Ohio State University, Amerika Serikat dalam jalur sandwich program. Dia dua kali menempuh pendidikan S2. Junaidi juga beraktivitas sebagai dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Qur’an Payakumbuh sejak 2011 sampai sekarang.
Pada 28 Mei lalu, berkat ketekunannya mengirimkan hasil karya tulis ke beberapa surat kabar di Sumbar, sebuah artikelnya berjudul “Sekolah Pelopor Kejujuran” membawa Junaidi berhasil meraih penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Juara III Lomba Artikel Pendidikan tahun 2015.
“Total 33 karya yang sudah diterbitkan. Minimal satu tulisan per bulan, tergantung kesibukan atau momentum yang dinilai menarik. Bila difokuskan, setidaknya satu tulisan dapat dihasilkan dalam seminggu,” katanya.
Ayah tiga anak ini menyayangkan selera guru untuk menulis artikel di media cetak masih sangat terbatas. ”Dari sekitar tiga juta guru Indonesia, hanya sebagian kecil saja yang memperoleh kesempatan serupa. Karena itu pula, saya sangat bersyukur mendapatkannya. Apalagi, Mendikbud Anies Baswedan merupakan sosok tokoh idola yang dikagumi banyak orang di negeri ini,” ujar mantan Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan Remaja Muhammadiyah Sumbar.
Kondisi itu setidaknya tercermin dari peserta lomba tahun ini yang hanya berjumlah 256 orang. Itu pun sudah termasuk orangtua peserta didik.
“Jumlah sebanyak itu tentu amatlah sedikit bila dibandingkan sekitar tiga juta guru Indonesia,” tutur pria yang mendapatkan penghargaan tahun 2013 dari Menteri Agama RI sebagai guru pendidikan agama Islam berprestasi tingkat nasional.
“Andaikan guru-guru kita mau lebih bersungguh-sungguh menulis, maka tentu akan lebih banyak lagi ide, gagasan dan buah pikiran guru yang terpublikasi,” ucap juara pertama guru SMP berprestasi tingkat Provinsi Sumbar tahun 2014. 
Menurut teori psikologi, kata Junaidi, berprestasi merupakan salah satu kebutuhan manusia. Karena itu, budaya berprestasi harus menjadi bagian dari budaya hidup guru. Meraih prestasi gemilang merupakan salah satu cara guru mengukir sejarah.
“Menjadi guru berprestasi tingkat nasional merupakan salah satu pencapaian yang bisa dibanggakan guru dalam sejarah hidupnya. Karena itu, mari membuat sejarah yang bisa dikenang,” pungkasnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar