Dimuat di Padang Ekspres edisi 27 July 2015
Rajin Menulis Artikel di Media Massa
Saat sebagian guru terjebak dalam rutinitas mengajar, pulang dan
mengajar lagi, Junaidi punya kegiatan lain yang mengasyikkan. Pria ini
memilih menyumbangkan pikirannya dalam bentuk penulisan artikel
pendidikan ke di media massa.
Atas dedikasi tersebut, Junaidi didapuk penghargaan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anis Baswedan pada Mei lalu. Junaidi salah
satu perintis Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terletak di kawasan
pinggiran Kota Padang.
Pria kelahiran 14 Juni 1977 ini dapat mengubah imej SMP 35 Padang
yang diwakilinya. Meski berasal dari daerah pinggiran, tak berarti siswa
dan gurunya minim prestasi. Junaidi mampu membuat SMP 35 Padang dapat
bersanding dengan berbagai sekolah favorit lainnya di Kota Padang.
Pria kelahiran Balairupi, 14 Juni 1977 ini mengabdikan hidupnya
untuk menjadi tenaga pengajar di SMP Negeri 35 Padang sejak tahun 2002
sampai sekarang. Dia pernah mengajar di SMP Negeri 18 Padang dan SMP Pesantren Modern Terpadu Prof Dr Hamka (2001-2003).
Junaidi menceritakan perjalanan hidupnya hingga didaulat menjadi
salah satu finalis guru SMP berprestasi tingkat nasional tahun 2014.
“Beberapa hari sebelum peringatan HUT kemerdekaan RI, selain
mengikuti lomba, semua guru berprestasi se-Indonesia juga diundang
menghadiri upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI di
Istana Negara. Mereka juga diundang menghadiri pidato kenegaraan
Presiden di DPR,” jelas suami Yuliawati ini.
Banyak pengalaman yang didapatnya dalam kegiatan tersebut. Selain
diundang bersilaturahim dengan presiden dan ibu negara, mereka juga
mendapatkan bermacam reward dalam bentuk uang dan barang yang akan
dibawa pulang.
Junaidi menyelesaikan pendidikan master di IAIN Imam Bonjol Padang
dengan konsentrasi Pendidikan Islam tahun 2005. Ia kembali menempuh
jalur serupa untuk master keduanya di UNP Konsentrasi Quality Assurance
& School Leadership 2007 dan menuntaskan gelar MPd tahun 2011.
Di tahun 2008 dia memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan di Ohio
State University, Amerika Serikat dalam jalur sandwich program. Dia dua
kali menempuh pendidikan S2. Junaidi juga beraktivitas sebagai dosen di
Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Qur’an Payakumbuh sejak 2011 sampai
sekarang.
Pada 28 Mei lalu, berkat ketekunannya mengirimkan hasil karya tulis
ke beberapa surat kabar di Sumbar, sebuah artikelnya berjudul “Sekolah
Pelopor Kejujuran” membawa Junaidi berhasil meraih penghargaan dari
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Juara III Lomba Artikel
Pendidikan tahun 2015.
“Total 33 karya yang sudah diterbitkan. Minimal satu tulisan per
bulan, tergantung kesibukan atau momentum yang dinilai menarik. Bila
difokuskan, setidaknya satu tulisan dapat dihasilkan dalam seminggu,”
katanya.
Ayah tiga anak ini menyayangkan selera guru untuk menulis artikel di
media cetak masih sangat terbatas. ”Dari sekitar tiga juta guru
Indonesia, hanya sebagian kecil saja yang memperoleh kesempatan serupa.
Karena itu pula, saya sangat bersyukur mendapatkannya. Apalagi,
Mendikbud Anies Baswedan merupakan sosok tokoh idola yang dikagumi
banyak orang di negeri ini,” ujar mantan Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan
Remaja Muhammadiyah Sumbar.
Kondisi itu setidaknya tercermin dari peserta lomba tahun ini yang
hanya berjumlah 256 orang. Itu pun sudah termasuk orangtua peserta
didik.
“Jumlah sebanyak itu tentu amatlah sedikit bila dibandingkan sekitar
tiga juta guru Indonesia,” tutur pria yang mendapatkan penghargaan
tahun 2013 dari Menteri Agama RI sebagai guru pendidikan agama Islam berprestasi tingkat nasional.
“Andaikan guru-guru kita mau lebih bersungguh-sungguh menulis, maka
tentu akan lebih banyak lagi ide, gagasan dan buah pikiran guru yang
terpublikasi,” ucap juara pertama guru SMP berprestasi tingkat Provinsi
Sumbar tahun 2014.
Menurut teori psikologi, kata Junaidi, berprestasi merupakan salah
satu kebutuhan manusia. Karena itu, budaya berprestasi harus menjadi
bagian dari budaya hidup guru. Meraih prestasi gemilang merupakan salah
satu cara guru mengukir sejarah.
“Menjadi guru berprestasi tingkat nasional merupakan salah satu
pencapaian yang bisa dibanggakan guru dalam sejarah hidupnya. Karena
itu, mari membuat sejarah yang bisa dikenang,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar