Teringat dan Terkenang

Untuk menyingkap sisi lain batu nisanku kelak dimana hanya ada nama, kelahiran dan kematian, maka aku menulis!

Selasa, 18 Agustus 2015

Rumah Belajar Access yang Pendirinya Penghapal Al Quran

Dimuat di Padang Ekspres edisi 4 April 2015
Target Enam Bulan Bisa Bahasa Inggris
Kurikulum sekolah dinilai tidak sepenuhnya mampu membuat siswa bisa berbahasa Inggris dengan baik. Kondisi itulah yang mendasari beridirnya tempat les Bahasa Inggris yang kemudian diberi nama Rumah Belajar Acces. Siswa dibatasi 4-6 orang per kelas sehingga bisa menyerap pelajaran lebih baik.
Rumah Belajar Access didirikan oleh dua sejoli Humairatul Khairiyah dan Asra Hayati. Keduanya bertemu saat sama-sama mendaftar sebagai tenaga pengajar Bahasa Inggris di salah satu SMA swasta di Padang.
Kesamaan ide dan pandangan mempererat pertemanan Ira dan Asra. Pertengahan tahun 2013, mereka akhirnya sepakat merintis bisnis yang kemudian mereka namakan Rumah Belajar Access.
“Rumbel ini berdiri karena berkaca dari kegagalan kurikulum sekolah. Secara pribadi, saya tidak biasa belajar diatur-atur dan terikat dengan kurikulum. Karenanya pula, di lapangan kebanyakan anak hebat berbahasa Inggris bukan karena sekolah, melainkan tempat bimbel atau les,” ungkap Humairatul Khairiyah yang akrab dipanggil Ira ketika berbincang dengan Padang Ekspres, Kamis (2/4).
Meski terbilang muda, saat ini Rumah Belajar Access ini telah memiliki peserta didik aktif sebanyak 90 orang. Namun, konsep yang diusung rumbel ini berbeda dengan bimbingan belajar pada umumnya. Di tempat ini satu kelas hanya diisi 4-6 siswa.
Tujuannya, agar ada ikatan emosional antara pengajar dengan siswa serta memaksimalkan penyerapan pelajaran.
Rumah Belajar Acces milik Ira dan Asra memasang motto “The Real Access For Being Success”. Yang berarti, “Jalan Sebenarnya menuju Sukses”. Selain Bahasa Inggris sebagai program unggulan, juga tersedia kelas lain seperti kelas Fisika, Kimia, Matematika, dan mata pelajaran SD.
Suasana belajar tidak menggunakan kursi, tapi duduk di lantai dengan meja bundar seperti lesehan.  
Khusus untuk program unggulan Bahasa Inggris, tidak ada tingkatan basic dan intermediate seperti bimbel pada umumnya. Adanya program enam bulan terpadu untuk membuat peserta didik mampu berbahasa Inggris.
Owner Hapal Al Quran
Selain memiliki konsep berbeda, Rumbel Access juga memiliki keunikan. Pendirinya Humairatul Khairiyah adalah seorang penghafal 17 juz Al Quran. Saat ini, perempuan 26 tahun ini merupakan mahasiswa Program Pascasarjana (PPS) Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Padang. 
Beberapa kali Ira menjuarai Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Sumatera Barat khususnya cabang Tafsir Al Quran berbahasa Inggris. Ajang perlombaan itu mensyaratkan mufasir (penafsir Al Quran, red) harus hafal minimal 3 juz. 
Dengan hafalan 17 juz yang telah dimantapkan Ira, ditambah kemampuan berbahasa Inggris, sejatinya perlombaan tersebut telah mengantarkan Ira menuju prestasi gemilang.
Perempuan asal Pariaman itu juga membeberkan beberapa tips agar bisa menghapal Al Quran. “Pilih waktu yang efektif sebelum Subuh atau sehabis Maghrib, pahami terjemahan, dan perdengarkan kepada ustadz untuk membenarkan bacaan kita. Insya Allah kita semua bisa menghafal Al Quran,” ungkap Ira.
Ira sudah terbiasa mengikuti lomba sejak kecil, mulai dari lomba iqra, lomba pidato hingga lomba membaca kitab gundul (buku berbahasa Arab yang tidak memiliki baris, red).
Khusus untuk lomba membaca kitab gundul, Ira terbilang beruntung saat mewakili Sumatera Barat berangkat ke Kalimantan Selatan dalam ajang Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) tahun 2008. “Saat itu hanya mampu finish 10 besar, namun tetap Alhamdulillah,” ujarnya.
Hidup Mandiri
Di balik parasnya yang nyaris tanpa make-up, gadis cantik itu menceritakan kerinduannya pada sosok ayah. Sejak kelas 6 SD, ayahnya terkena stroke sehingga tidak bisa lagi menjadi tumpuan keluarga.
“Terpaksa ibu yang membiayai kami seorang diri. Saat saya berusia 17 tahun ayah menutup mata meninggalkan kami,” kenang Ira.
Waktu kecil, dia mengaku sering di depan pintu kelas, melihat anak kelas 1 SD belajar. “Dari situ saya mencuri ilmu untuk belajar. Saat saya di bangku kelas 1, begitu naik kelas saya tidak ke kelas 2, malah direkomendasikan para guru untuk langsung naik kelas 3. Jadinya saya hanya SD dalam tempo 5 tahun,” kenang Ira menceritakan trik belajar yang diberikan mendiang ayahnya.
Sejak memasuki bangku kuliah, beban hidup keluarga semakin bertambah. Hal itu tidak mematahkan semangat dan kegigihan Ira. Bermodalkan skill bahasa Inggris dan ilmu Al Quran, Ira mencoba mengajar privat beberapa siswa di sekitar kontrakannya.
“Ngajar ngaji dan les bahasa Inggris, hasilnya memang tidak seberapa. Tapi ditambahkan dengan bonus dan uang saku yang diperoleh setelah mengikuti lomba, bisa juga dicukup-cukupkan,” kata Ira yang pernah menjadi tenaga pengajar di salah satu SMA swasta di Padang itu. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar