Dimuat di Padang Ekspres edisi 4 April 2015
Target Enam Bulan Bisa Bahasa Inggris
Kurikulum sekolah dinilai tidak sepenuhnya mampu membuat siswa bisa
berbahasa Inggris dengan baik. Kondisi itulah yang mendasari beridirnya
tempat les Bahasa Inggris yang kemudian diberi nama Rumah Belajar Acces.
Siswa dibatasi 4-6 orang per kelas sehingga bisa menyerap pelajaran
lebih baik.
Rumah Belajar Access didirikan oleh dua sejoli Humairatul Khairiyah
dan Asra Hayati. Keduanya bertemu saat sama-sama mendaftar sebagai
tenaga pengajar Bahasa Inggris di salah satu SMA swasta di Padang.
Kesamaan ide dan pandangan mempererat pertemanan Ira dan Asra.
Pertengahan tahun 2013, mereka akhirnya sepakat merintis bisnis yang
kemudian mereka namakan Rumah Belajar Access.
“Rumbel ini berdiri karena berkaca dari kegagalan kurikulum sekolah.
Secara pribadi, saya tidak biasa belajar diatur-atur dan terikat dengan
kurikulum. Karenanya pula, di lapangan kebanyakan anak hebat berbahasa
Inggris bukan karena sekolah, melainkan tempat bimbel atau les,” ungkap
Humairatul Khairiyah yang akrab dipanggil Ira ketika berbincang dengan
Padang Ekspres, Kamis (2/4).
Meski terbilang muda, saat ini Rumah Belajar Access ini telah
memiliki peserta didik aktif sebanyak 90 orang. Namun, konsep yang
diusung rumbel ini berbeda dengan bimbingan belajar pada umumnya. Di
tempat ini satu kelas hanya diisi 4-6 siswa.
Tujuannya, agar ada ikatan emosional antara pengajar dengan siswa serta memaksimalkan penyerapan pelajaran.
Rumah Belajar Acces milik Ira dan Asra memasang motto “The Real
Access For Being Success”. Yang berarti, “Jalan Sebenarnya menuju
Sukses”. Selain Bahasa Inggris sebagai program unggulan, juga tersedia
kelas lain seperti kelas Fisika, Kimia, Matematika, dan mata pelajaran
SD.
Suasana belajar tidak menggunakan kursi, tapi duduk di lantai dengan meja bundar seperti lesehan.
Khusus untuk program unggulan Bahasa Inggris, tidak ada tingkatan
basic dan intermediate seperti bimbel pada umumnya. Adanya program enam
bulan terpadu untuk membuat peserta didik mampu berbahasa Inggris.
Owner Hapal Al Quran
Selain memiliki konsep berbeda, Rumbel Access juga memiliki keunikan.
Pendirinya Humairatul Khairiyah adalah seorang penghafal 17 juz Al
Quran. Saat ini, perempuan 26 tahun ini merupakan mahasiswa Program
Pascasarjana (PPS) Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri
Padang.
Beberapa kali Ira menjuarai Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat
Sumatera Barat khususnya cabang Tafsir Al Quran berbahasa Inggris. Ajang
perlombaan itu mensyaratkan mufasir (penafsir Al Quran, red) harus
hafal minimal 3 juz.
Dengan hafalan 17 juz yang telah dimantapkan Ira, ditambah kemampuan
berbahasa Inggris, sejatinya perlombaan tersebut telah mengantarkan Ira
menuju prestasi gemilang.
Perempuan asal Pariaman itu juga membeberkan beberapa tips agar bisa
menghapal Al Quran. “Pilih waktu yang efektif sebelum Subuh atau sehabis
Maghrib, pahami terjemahan, dan perdengarkan kepada ustadz untuk
membenarkan bacaan kita. Insya Allah kita semua bisa menghafal Al
Quran,” ungkap Ira.
Ira sudah terbiasa mengikuti lomba sejak kecil, mulai dari lomba
iqra, lomba pidato hingga lomba membaca kitab gundul (buku berbahasa
Arab yang tidak memiliki baris, red).
Khusus untuk lomba membaca kitab gundul, Ira terbilang beruntung saat
mewakili Sumatera Barat berangkat ke Kalimantan Selatan dalam ajang
Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) tahun 2008. “Saat itu hanya mampu finish
10 besar, namun tetap Alhamdulillah,” ujarnya.
Hidup Mandiri
Di balik parasnya yang nyaris tanpa make-up, gadis cantik itu
menceritakan kerinduannya pada sosok ayah. Sejak kelas 6 SD, ayahnya
terkena stroke sehingga tidak bisa lagi menjadi tumpuan keluarga.
“Terpaksa ibu yang membiayai kami seorang diri. Saat saya berusia 17 tahun ayah menutup mata meninggalkan kami,” kenang Ira.
Waktu kecil, dia mengaku sering di depan pintu kelas, melihat anak
kelas 1 SD belajar. “Dari situ saya mencuri ilmu untuk belajar. Saat
saya di bangku kelas 1, begitu naik kelas saya tidak ke kelas 2, malah
direkomendasikan para guru untuk langsung naik kelas 3. Jadinya saya
hanya SD dalam tempo 5 tahun,” kenang Ira menceritakan trik belajar yang
diberikan mendiang ayahnya.
Sejak memasuki bangku kuliah, beban hidup keluarga semakin bertambah.
Hal itu tidak mematahkan semangat dan kegigihan Ira. Bermodalkan skill
bahasa Inggris dan ilmu Al Quran, Ira mencoba mengajar privat beberapa
siswa di sekitar kontrakannya.
“Ngajar ngaji dan les bahasa Inggris, hasilnya memang tidak seberapa.
Tapi ditambahkan dengan bonus dan uang saku yang diperoleh setelah
mengikuti lomba, bisa juga dicukup-cukupkan,” kata Ira yang pernah
menjadi tenaga pengajar di salah satu SMA swasta di Padang itu. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar