Dimuat di Padang Ekspres edisi 9 Agustus 2015
Haris, sapaan akrab remaja kelahiran Solok, 28 Juni 2000 ini. Buah
hati pasangan Rusliadi dan Azrita Rahmadani ini pantas diacungkan
jempol. Bagaimana tidak, diusianya yang baru beranjak 15 tahun, Haris
telah menghafal 16 juz Al Quran. Dalam dua hari, ditargetkan mampu
menghafal satu juz Firman Tuhan.
Di Pondok Pesantren Darul Huffazh di Jalan Gajah Mada No 24
Gunungpangilun Padang inilah Haris mendulang hafalan Al Quran di bawah
bimbingan ustaz Abdurrahman. Saat ini Haris duduk di bangku kelas tiga,
setingkat SMP.
“Kebetulan paman saya kenal dengan salah satu ustaz yang mengajar di
sini. Saya ditawarkan untuk menghafal Al Qran dan diajak ke Padang.
Mendengar hal itu saya senang. Orang tua pun juga mendukung. Akhirnya
saya menerima tawaran paman,” ujar anak kedua dari sembilan bersaudara
itu saat ditemui Padang Ekspres, di Ponpes Darul Huffazh, awal Agustus
lalu.
Haris mulai menghafal Alquran sejak masuk pondok pesantren, kelas VII
di sekolah umum atau kelas satu SLTP. Hebatnya, naik ke kelas III
hapalannya sudah 16 juz.
Hapal 30 juz Alquran sebelum UN kelas 3 adalah target utama yang
diidam-idamkannya. Untuk itu Haris telah membulatkan tekad,
memaksimalkan kemampuan menghapal 10 halaman atau setengah juz dalam
sehari semalam.
Kiat utama Haris dalam menghafal Al Quran adalah dengan menggunakan
Al Quran yang memiliki terjemahan per kata. Dengan demikian, menurutnya,
kosa kata Al Quran yang sulit diucapkan dapat dipahami terlebih dulu.
“Kalau suatu lafaz sulit diucapkan, saya cari tahu artinya terlebih
dulu. Kemudian saya mencari waktu yang paling mudah untuk menghafal.
Waktu jelang Subuh favorit saya, karena saat itu otak masih fresh,” kata
alumni SDN 04 Pantai Cermin, Kabupaten Solok ini.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kejenuhan, tambah Haris, juga harus
segera diatasi. Kalau pikiran tidak fokus menghafal Al Quran tidak boleh
dipaksakan.
“Satu kesempatan menghafal Al Quran, jangan dipergunakan terlalu
lama. Saya akan jenuh dan bosan. Saya juga mewanti-wanti agar tidak
disibukkan oleh handphone,” jelasnya.
Haris juga sabar dalam perantauannya menuntut ilmu dan mengejar
target hafalan. Berpisah dengan orang tua dan adik-adiknya tidak
membuatnya berkecil hati. Pulang kampung hanya sekali 5 bulan, atau ada
hal mendesak saja. “Namonyo menuntut ilmu tu yo baitu,” tuturnya dalam
logat Solok.
Menghilangkan efek jenuh, sekali dalam seminggu, Haris biasanya
menghabiskan waktu dua jam untuk bermain bola dengan rekan-rekannya
sesama penghafal Al Quran.
Kalau sudah jenuh, sekali seminggu dia ikut bergabung dengan
teman-teman bermain bola. Atau jika ada izin dari ustaz, biasanya pergi
nonton bola. Menurutnya, menggunakan waktu sebaik-baiknya adalah suatu keharusan setiap remaja seusianya.
“Remaja identik dengan kenakalan, karenanya harus perbanyak
ibadah. Suko ka lawan jenis tentu ado, mengutarakannya saya ndak bisa,
saya malu. Jadi lebih baik menghafal Al Quran saja,” ujarnya sambil
tertawa.
Menghadiahkan orang tua sebuah mahkota dari emas di syurga dan
memberikan syafaat kepada 10 famili adalah landasan utama niatnya
menjadi seorang penghafal Al Quran.
“Jalan di jalur awak se, kalau jalurmu menghapal Quran ya hafal lah
Quran. Kalau melenceng dari jalur ibarat maksud tak kesampaian,” ucap
Haris menirukan pesan ke dua orangtuanya.
Kini berbagai prestasi telah ditorehkannya. Diantaranya, juara II
pada MTQ cabang Hifzil 5 juz plus Tilawah di Kabupaten Solok tahun 2014.
Pada ajang yang sama di tahun sama, Haris juga berhasil meraih juara II
ketika dihelat di Kota Padang.
Selain itu, dia juga pernah mengikuti perlombaan di cabang hafiz 10
juz dalam MTQ antarpelajar se-Sumbar yang dilaksanakan Ponpes Ar
Risalah. Haris mampu finish di peringkat ke-III. Dalam waktu dekat Haris
akan mewakili Sumbar dalam ajang STQ Nasional di Jakarta, 4 Agustus.
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar